Gambar Kisah Islami. Ujian Sebuah Keadilan |
"Hai pemberontak yang berhati kejam, kau ku berikan kesempatan untuk mengajukan permohonan terakhir. Sampaikan apa keinginanmu sebelum hukuman atas dirimu di laksanakan!" kata Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
"Terima kasih Amirul Mukminin," jawab pemberontak itu. "Aku hanya menginginkan semangkuk air putih."
"Hanya itu permintaanmu?" tanya Khalifah keheranan.
"Benar, Tuanku." jawab pemberontak itu.
"Baiklah, akan ku penuhi permintaanmu," ucap Khalifah, kemudian Khalifah memerintahkan salah seorang pengawal mengambil semangkuk air untuk di berikan kepada terhukum yang sebentar lagi akan mati.
Setelah mangkuk berisi air itu di terima oleh pemberontak itu, ia berkata ; "Apakah Khalifah mau berjanji, apa bila air yang ada di dalam mangkuk ini belum aku minum, Khalifah tidak akan memerintahkan algojo melaksanakan hukuman atas diri saya?"
"Ya, aku berjanji. Jika air dalam mangkuk itu belum kau minum, hukuman tidak akan di laksanakan," sahut Khalifah memberi jaminan.
Mendengar Khalifah Umar bin Abdul Aziz, tiba-tiba pemberontak itu membuang air dalam mangkuk itu sampai habis.
"Janji adalah suatu hal yang harus di tepati. Bukankah demikian, wahai pemimpin orang-orang yang beriman?" katanya.
"Pasti. Janji memang harus di tepati, itulah keadilan," jawab Khalifah yang masih belum memahami apa yang di maksud pemberontak itu dengan perbuatannya yang di anggap tidak waras. Ia telah membuang air yang baru saja di mintanya.
"Tadi Khalifah berjanji, jika air dalam mangkuk itu belum saya minum, Tuanku tidak akan melaksanakan hukuman terhadap saya. Air itu telah saya tumpahkan, dan sekarang telah kering di tanah, sehingga saya tidak bisa lagi meminum air itu. Berarti Khalifah tidak akan bisa melaksanakan hukuman sesuai dengan janji Khalifah tadi," ucap pemberontak dengan sangat liciknya.
Mendengar itu, Khalifah mengerutkan keningnya untuk beberapa lama. Kemudian ia tersenyum dan membebaskan pemberontak tersebut dari hukuman matinya. Pada kesempatan lain, kembali seorang pemberontak tertangkap. Dengan muka menahan marah ia memerintahkan untuk segera menghukum pemberontak itu denga hukuman pancung. Menjelang hukuman mati itu di laksanakan, tiba-tiba pemberontak itu menangis tersedu-sedu, dengan wajah sinis Khalifah mencemoohnya.
"Mengapa engkau menangis? Seorang pemberontak yang konon gagah berani ternyata menangis dalam menghadapi kematiannya. Apakah engkau sekarang sudah menjadi tikus yang pengecut?"
"Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, saya menangis bukan karena takut mati, ajal sudah menjadi ketentuan. Mati pasti akan di temui oleh siapapun yang pernah hidup," sahut pemberontak itu.
"Lalu, kenapa engkau menangis?" jawab Khalifah.
"Saya menangis karena saya akan mati di saat Khalifah sedang marah. Saya sangat menyesal sekali."
Mendengar jawaban itu Khalifah Umar bin Abdul Aziz tertunduk. Ia teringat, dalam islam melarang penganutnya melakukan sesuatu dengan dasar nafsu amarah. Rasullullah pun melarang untuk menjatuhkan suatu keputusan hukum ketika sedang marah. Maka Khalifah segera memberi perintah untuk membebaskan pemberontak tersebut dari hukuman pancung. Akhirnya dengan kegigihan yang tak mengenal lelah, Khalifah dapat menumpas habis semua pemberontak itu. Dalam penyerangan yang jitu salah seorang kepala pemberontak dapat di ringkusnya. Dengan di rantai kepala pemberontak itu di hadapkan kepada Khalifah.
"Wahai Amirul Mukminin, Tuan telah di beri kemenangan sehingga sekarang saya menjadi tawanan Anda. Sebelum Khalifah menjatuhkan hukuman mati terhadap saya, anugerahilah saya yang kalah ini dengan sesuatu yang melebihi kemenangan," kata kepala pemberontak itu.
"Apa maksudmu?" tanya Khalifah.
"Berilah saya ampunan dan kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki kesalahan."
"Tidak! Engkau di hukum justru karena dirimu bersalah dan menolak untuk menyerah. Aku harus menegakkan keadilan.
"Ucapan Khalifah memang benar. Tetapi, bukankah Khalifah pernah menyatakan bahwa ada yang lebih tinggi harganya dari keadilan, yaitu memberi maaf? Maka saya mohon, maafkanlah saya. Karena Allah mencintai orang yang mengassihi sesamanya, terutama orang yang lemah, kalah dan berdosa."
Khalifah menjadi terbungkam, ia telah termakan oleh ucapan tersebut, sehingga kepala pemberontak itu di bebaskan dengan harapan dapat bertaubat dan menempuh jalan yang benar di belakang hari.
Demikianlah Cerita Islami yang berjudul Inilah Ujian Sebuah Keadilan Yang Patut Di Tiru yang bisa admin berikan dalam bentuk tulisan. Besar Harapan admin semoga cerita islami ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi anda yang kemungkinan saat ini sedang membaca artikel ini, jadikan renungan dan motivasi untuk kita semua. Terima kasih. Untuk cerita Islami yang lebih seru dan sangat memotivasi banget sobat bisa baca Kisah Pemuda Kesayangan Rasullullah SAW.